Jangan Membiarkan Perbandingan Mendefinisikan Anda
Ingatlah kalau setiap orang punya jalur hidup yang berbeda. Apa yang dianggap sebagai kesuksesan oleh orangtua Anda mungkin bukanlah tujuan yang Anda inginkan.
Setiap individu punya impian, minat, dan nilai-nilai yang unik, sehingga penting untuk mengenali dan menghormati perbedaan tersebut.
Kesuksesan tidak selalu berarti hal yang sama bagi setiap orang; bagi sebagian orang, itu mungkin berarti karier yang cemerlang, sementara bagi yang lain, itu bisa berarti kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Fokuslah pada apa yang membuat Anda bahagia dan merasa terpenuhi. Tentukan tujuan hidup Anda berdasarkan apa yang benar-benar Anda inginkan, bukan sekadar untuk memenuhi harapan orang lain.
Dengan mengejar apa yang membuat Anda merasa bahagia dan puas, Anda akan lebih termotivasi dan lebih mungkin mencapai kesuksesan yang berarti bagi Anda.
Mengenali dan menghargai jalur hidup Anda sendiri akan membantu Anda menjalani kehidupan yang lebih otentik dan memuaskan.
Harapan dan Kebanggaan
Orangtua secara alami punya harapan besar terhadap anak-anak mereka dan ingin melihat mereka sukses serta bahagia. Ketika melihat anak orang lain mencapai sesuatu yang besar, mereka sering kali secara tidak sadar membandingkan pencapaian tersebut dengan pencapaian anak mereka sendiri. Hal ini didorong oleh keinginan untuk memastikan kalau anak mereka juga berada di jalur yang benar menuju kesuksesan.
Perbandingan ini muncul dari niat baik orangtua yang ingin anaknya termotivasi dan mencapai hasil yang terbaik. Mereka berharap dengan melihat contoh kesuksesan orang lain, anak mereka akan terdorong untuk berusaha lebih keras dan mencapai hal-hal besar dalam hidupnya.
Tapi, penting bagi orangtua untuk menyadari kalau setiap anak punya jalan dan kecepatan yang berbeda dalam meraih sukses, sehingga perbandingan semacam itu bisa lebih merugikan daripada membantu.
Dalam masyarakat kita, terdapat tekanan sosial yang kuat untuk menunjukkan keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi maupun keluarga. Orangtua sering merasa perlu membuktikan kalau mereka sudah berhasil mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Karena itu, mereka cenderung membangga-banggakan karier anak mereka di depan orangtua lain sebagai cara untuk menunjukkan kalau mereka sudah sukses dalam peran mereka sebagai orangtua.
Perasaan bangga ini sering kali menjadi dorongan bagi orangtua untuk memamerkan pencapaian anak-anak mereka. Mereka ingin diakui oleh lingkungan sosial mereka sebagai orangtua yang berhasil dan kompeten.
Tapi, kebanggaan yang berlebihan dan kebiasaan membandingkan ini bisa memberikan tekanan yang tidak perlu pada anak-anak dan merusak hubungan serta rasa percaya diri mereka.
Beberapa orangtua mungkin tidak menyadari dampak negatif dari membanding-bandingkan anak-anak mereka. Mereka mungkin berpikir kalau dengan membandingkan anak-anak mereka dengan yang lain, mereka bisa memotivasi anak-anak untuk bekerja lebih keras dan mencapai lebih banyak. Tapi, niat baik ini sering kali tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Perbandingan semacam itu sering kali justru menurunkan motivasi dan kepercayaan diri anak. Anak-anak yang terus-menerus dibandingkan dengan orang lain bisa merasa tidak cukup baik dan mengalami tekanan yang berlebihan.
Hal ini bisa menyebabkan stres, rasa rendah diri, dan bahkan ketidakpuasan dengan diri sendiri, yang pada akhirnya menghambat perkembangan dan kesejahteraan mereka.
Rekomendasi permainan
Evryanti pun merekomendasikan beberapa permainan yang dapat dimainkan bersama oleh anak dan orangtua untuk meningkatkan bonding sebagai berikut:
Setiap anak memang memiliki preferensi mainannya masing-masing. Namun, menurut Evryanti, mainan edukasi sangat baik dalam mengasah perkembangan dan kemampuan anak.
"Misalnya, untuk anak usia bayi sampai balita bisa diberikan mainan yang dapat merangsang sensorinya," ungkap Evryanti.
"Dalam hal ini orangtua bisa terlibat untuk ikut bermain dan ada interaksi agar anak tahu bahwa orangtua merespons kebutuhannya saat bermain," jelas dia.
Harapan untuk memiliki anak yang seperti itu
Orangtua mungkin sangat terkesan apabila melihat seseorang seusia anaknya telah memperoleh pencapaian yang luar biasa. Hal ini seakan menjadi impian yang ingin sekali dicapainya.
Sayangnya harapan untuk memiliki anak yang seperti itu bukan berarti dapat dilakukan dengan membandingkan anak. Cara tersebut hanya akan memberatkan mereka dan kemudian berdampak pada kondisi psikologisnya.
Baca Juga: 7 Kartun dari Berbagai Negara yang Masih Tayang di TV Indonesia
Mungkin pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh sebagian Orang tua dengan anak yang saat ini mulai beranjak dewasa. Mengapa penting bagi Orang tua dan anak untuk dapat membangun relasi yang lebih dekat, tidak hanya sebatas menjalani peran sebagai Orang tua, sebaliknya anak juga sebatas menjalani perannya sebagai anak.
Pola asuh berkembang dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, Orang tua jaman dulu cenderung memegang kendali penuh namun seiring berjalannya waktu ada perubahan cara pola asuh Orang tua. Tidak dipungkiri bahwa pada masa sekarang, Orang tua umumnya lebih fleksibel dan berusaha untuk dapat membangun kedekatan dengan anak. Zaman sekarang hubungan Orang tua dan anak yang dianggap sehat adalah pada saat anak dapat berbagi cerita dan menghabiskan waktu bersama dengan Orang tua tanpa perasaan terpaksa atau karena sebuah keharusan.
Lantas, bagaimana Orang tua dapat tetap membina hubungan dengan anak yang saat ini sedang berproses memasuki usia dewasa? Pada dasarnya ada 2 elemen utama dalam sebuah pertemanan, yakni good times (bermain) dan good conversation (merasa didengar). Waktu-waktu bermain bersama anak tanpa sadar berkurang atau bahkan hilang sama sekali ketika anak beranjak dewasa. Padahal memiliki waktu bermain bersama anak adalah suatu hal yang penting untuk dapat membangun kedekatan bersama anak. Bermain dan membangun keseruan dengan anak menciptakan suasana hangat dan memberi kesempatan pada anak untuk memiliki kenangan yang baik dari interaksi tersebut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang sulit untuk dapat mengajak anak untuk pergi atau menghabiskan waktu bersama dengan Orang tua. Oleh karena itu, sebagai Orang tua, kita dapat mencoba belajar masuk ke dunia anak-anak kita. Sebagai contoh, meminta anak untuk mengajari kita cara menggunakan Tiktok atau youtube, atau mengenal film Drama Korea yang disukai oleh anak kita. Kita tidak harus menyukainya, tetapi menunjukan sedikit rasa tertarik / ingin tahu merupakan langkah awal untuk membangun relasi pertemanan antara Orang tua dan anak. Kita juga tidak perlu selalu, atau terus-menerus, atau terlibat terlalu dalam. Selain itu dalam proses kita mengenal dunia anak-anak kita, hal lain yang tidak kalah penting adalah tidak menghakimi / menyepelekan apa yang disukai oleh anak kita, sebagai contoh “kok aneh ya”, atau “buat apa sih buang-buang waktu”. Komentar-komentar seperti itu justru membuat anak malah membangun tembok dengan Orang tua. Kuncinya adalah mencoba membuka diri untuk mengenal dunia anak tanpa menghakimi atau memberikan komentar yang negatif. Dengan demikian, kita berupaya untuk membangun kebiasaan baru yang ramah dan lebih hangat dengan anak.
Sumber: Can Parents and Children Be Friends? | Psychology Today
TRIBUNJATENG.COM - Doa agar anak mau sekolah, terlebih saat ini tengah memasuki masa pembelajaran bagi siswa baru.
Melatih anak untuk giat belajar atau berangkat sekolah memang butuh usaha keras.
Mendidik anak agar mau sekolah merupakan langkah baik yang dilakukan orangtua demi kecerdasan anak.
Namun, anak yang belum mengerti dan belum memiliki kemauan untuk berangkat sekolah menjadi masalah untuk orangtua yang harus terus memberi pengertian.
Agar anak mau sekolah, orangtua bisa meminta pertolongan Allah dengan membaca doa berikut:
“Allahumma faqqih hu fid diini wa ‘allimhut ta’wiila”
Doa ini memiliki arti: “Ya Allah, berikanlah kefahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil”
Atau bisa juga membaca doa ini:
“Allahumma inni istaudi’uka maa allamtaniihi fardudhu ilayya ‘inda haajati ilahi walaa tansaniihi yaa robbal ‘aalamin”.
Doa ini memiliki arti: “Ya Allah, sesungguhnya aku titipkan kepada-Mu apa yang telah Kau ajarkan kepadaku, maka kembalikanlah ia kepadaku ketika aku membutuhkannya. Dan janganlah Kau buat aku lupa padanya hai Tuhan yang memelihara alam.”. Doa ini dapat diberikan orang tua kepada anak.
Selain itu, ada doa yang ketiga berikut bacaannya:
“Robbi zidni’ ilmaa, warzuqni fahma waj’alnii minash shoolihin”
Doa ini mempunyai arti: "Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman, Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang saleh." Doa ini dapat diberikan orang tua kepada anak sebelum mulai menuntut ilmu.
Tips agar anak mau sekolah
Tidak jarang kita mendengar orangtua membanding-bandingkan karier anak-anak mereka dengan karier anak-anak orang lain. Hal ini bisa jadi terasa menyebalkan atau bahkan menyakitkan bagi anak yang dibandingkan, betul kan?
Tapi, apa yang sebenarnya melatarbelakangi perilaku ini?
• Aktivitas menarik di luar rumah
Anak-anak yang sudah cukup besar biasanya memiliki ketertarikan yang lebih besar dalam hal bermain.
"Selain mencoba bermain peran, orangtua juga bisa mengajak anak untuk melakukan permainan di luar rumah seperti ikut kegiatan outbound, lari-larian, dan mungkin bersepeda bersama," kata Evryanti.
"Di samping itu, aktivitas outdoor yang menantang juga bisa meningkatkan kepercayaan diri anak untuk bisa melakukan berbagai hal baru. Jangan lupa orangtua agar memberikan apresiasi jika anak berhasil menyelesaikan tantangan," sambung dia.
Sulit melihat sisi kelebihan dari anak
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa anak lahir ke dunai dengan kelebihan dan kekurangannya. Namun, entah bagaimana orangtua seakan sibu melihat anak dari sisi kekurangannya semata, sehingga sangat mudah dalam membanding-bandingkannya.
Padahal orang lain yang dibandingkan oleh orangtua juga bukanlah sosok yang sempurna, sebab pasti memiliki kekurangan yang hanya saja tidak ditunjukan. Jangan sampai orangtua sibuk melihat kelebihan orang lain, namun seakan sulit melihat sisi kelebihan dari anak sendiri.
Bagaimana Orangtua Seharusnya Bersikap?
Sebagai orangtua, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung anak-anak tanpa harus membanding-bandingkan mereka.
Setiap anak adalah individu yang unik dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Mereka punya minat, bakat, dan kepribadian yang berbeda-beda, yang membuat mereka istimewa. Penting bagi orangtua untuk mengenali dan menghargai keunikan ini, memahami kalau tidak ada dua anak yang sama.
Perbandingan dengan orang lain bisa merusak rasa percaya diri dan menghambat perkembangan alami mereka.
Oleh karena itu, fokuslah pada potensi dan kekuatan anak Anda sendiri, bukan pada apa yang dicapai oleh anak lain.
Hargai perjalanan mereka dan dukung mereka untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, bukan versi terbaik dari orang lain. Berikan dorongan yang positif dan bantu mereka mengembangkan kemampuan serta minat mereka.
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih, Anda membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mandiri.
Dorong mereka untuk menetapkan dan mencapai tujuan pribadi mereka, sehingga mereka bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan yang sejati, sesuai dengan definisi dan impian mereka sendiri.
Meragukan kemampuan anak
Penyebab yang terakhir bisa jadi karena orangtua meragukan kemampuan anak. Hal ini mungkin dapat terjadi apabila orangtua menganggap bahwa anak-anaknya tidak akan mampu dalam melakukan suatu hal tertentu.
Padahal tidak menutup kemungknan bahwa anak ternyata mampu dalam melakukan sesuatu, sebab motivasi dan keinginan kuat yang mungkin dimiliki anak. Bahkan kalau pun anak tak dapat melakukan hal tersebut, namun tidak semestinya mereka diragukan dan dibandingkan. Bisa jadi mereka justru handal dalam urusan yang lainnya.
Memang tidak mudah dalam menghadapi orangtua yang demikian. Kadang kala orangtua harus menurunkan ego dan berusaha keras dalam menjalani peran dengan baik. Jangan sampai kebiasaan dalam membandingkan anak, ya!
Baca Juga: Resto Sempatin Milik Babe Cabita, Sajian Ikan Patin Bakar Banjarmasin
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Rasa kurang bersyukur
Penyebab pertama yang membuat orangtua menjadi gemar membandingkan anak adalah karena rasa kurang bersyukur. Rasanya memang sangat tidak nyaman apabila harus membandingkan anak dengan orang lain, apalagi bila hal ini membuat anak tampak semakin kecil dan kurang.
Sebab rasa kurang bersyukur itulah justru dampaknya bisa sangat serius pada anak ke depannya. Pentingnya bagi para orangtua untuk senantiasa menanamkan rasa syukur yang tinggi di dalam hati, sehingga tidak perlu sampai membandingkan anak ke depannya.